Belibis.com – Presiden Rusia Vladimir Putin akhirnya angkat bicara secara resmi mengenai konflik bersenjata yang tengah memanas antara Israel dan Iran. Dalam pernyataannya, Putin menilai kesepakatan damai antara kedua negara masih memungkinkan, meski situasinya rumit.
Putin Yakin Solusi Damai Masih Bisa Ditempuh
Berbicara kepada wartawan asing pada Rabu (18/6/2025) waktu setempat, Putin menyebut bahwa masyarakat Iran saat ini bersatu di bawah kepemimpinan politik negaranya. “Kami melihat bahwa hari ini di Iran ada konsolidasi masyarakat di sekitar kepemimpinan politik negara itu,” ujarnya seperti dikutip AFP, Kamis (19/6/2025).
Putin menilai penyelesaian diplomatik tetap terbuka. “Ini adalah masalah yang rumit, dan tentu saja kita harus sangat berhati-hati di sini, tetapi menurut pendapat saya, solusinya dapat ditemukan,” tambahnya.
Menurut Putin, perjanjian damai bisa menjamin keamanan Israel sekaligus mengakomodasi ambisi nuklir Iran untuk tujuan sipil. Ia menghindari komentar soal dugaan niat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu untuk menargetkan Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.
“Kita semua akan diuntungkan jika dapat bersama-sama mencari jalan untuk menghentikan pertempuran dan membuka ruang kesepakatan,” tegas pemimpin Kremlin itu.
Hubungan Nuklir Rusia-Iran dan Sikap terhadap Israel
Putin juga menegaskan bahwa Rusia tetap memiliki kepentingan dalam program nuklir sipil Iran. Saat ini, lebih dari 200 warga negara Rusia bekerja di pembangkit listrik tenaga nuklir Bushehr di Iran selatan—fasilitas yang dibangun oleh perusahaan energi Rusia, Rosatom.
“Kami sepakat dengan pimpinan Israel bahwa keamanan mereka akan terjamin,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa Rusia siap melanjutkan kerja sama nuklir sipil dengan Teheran, selama sesuai dengan kepentingan publik dan perjanjian internasional.
Iran Tak Minta Bantuan Militer, Meski Perang Udara Memanas
Di tengah spekulasi bahwa Iran akan meminta dukungan militer, Putin menepis kabar tersebut. “Teman-teman Iran kami tidak bertanya kepada kami tentang hal ini,” tegasnya, menanggapi pertanyaan apakah Iran meminta bantuan militer menyusul serangan udara Israel.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, Moskow dan Teheran memang menjalin kemitraan strategis yang semakin erat, termasuk penandatanganan perjanjian kerja sama militer pada Januari lalu. Namun menurut Putin, hingga saat ini, tidak ada permintaan dari Iran untuk dukungan militer terkait konflik dengan Israel.
Trump Tolak Peran Rusia sebagai Mediator
Sementara itu, Presiden AS Donald Trump menolak tawaran Putin untuk menjadi mediator dalam konflik Iran-Israel. Dalam pernyataan kepada wartawan saat meresmikan tiang bendera di Gedung Putih, Trump mengatakan Putin sebaiknya menyelesaikan konflik di Ukraina terlebih dahulu.
“Saya berbicara dengannya kemarin dan… dia benar-benar menawarkan diri untuk membantu menengahi, saya berkata ‘bantu saya, mediasi sendiri,’” ungkap Trump, dikutip dari pernyataan resmi.
Latar Belakang Ketegangan Iran-Israel dan Posisi Rusia
Konflik bersenjata antara Iran dan Israel makin meningkat sejak Israel melancarkan serangan terhadap infrastruktur nuklir Iran, yang dituduh digunakan untuk mengembangkan senjata pemusnah massal. Iran membalas dengan rudal yang menghantam beberapa kota besar di Israel.
Posisi Rusia di tengah konflik ini menjadi rumit. Di satu sisi, Rusia memiliki kerja sama militer dengan Iran. Namun di sisi lain, Moskow juga menjalin hubungan erat dengan Israel, yang menjadi rumah bagi jutaan warga keturunan Rusia.
Penutup: Rusia Coba Bermain Netral, Tapi Tantangannya Besar
Pernyataan Putin menunjukkan upaya Rusia untuk mengambil posisi netral dan menjadi penengah di tengah memanasnya konflik Timur Tengah. Namun dengan hubungan yang kompleks antara Moskow, Teheran, dan Tel Aviv, serta ketegangan yang belum mereda, jalan menuju perdamaian masih penuh tantangan.