Ramadan itu ibarat maraton spiritual. Di awal, kita semangat, di tengah jalan mulai ngos-ngosan, dan menjelang garis finis—sepuluh hari terakhir—justru jadi momen paling krusial. Tapi anehnya, banyak orang justru kehilangan tenaga di saat-saat genting ini. Pernah merasa begitu? Saya pun pernah.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Bayangkan, kita sudah berjuang tiga minggu penuh, tapi di fase penentuan malah melambat. Sayang sekali, bukan? Karena justru di sinilah harta karun Ramadan tersimpan: malam Lailatul Qadar. Malam yang lebih baik dari seribu bulan. Tapi bagaimana caranya agar semangat tetap menyala sampai akhir? Saya punya beberapa strategi yang berhasil untuk saya, dan semoga bisa bermanfaat buat Anda juga.

1. Pahami Bahwa Ini Momen Sekali Seumur Hidup

Setiap Ramadan itu unik. Tidak ada jaminan kita akan bertemu Ramadan tahun depan. Saya selalu mengingatkan diri sendiri: “Ini bisa jadi Ramadan terakhirku.” Dengar memang berat, tapi justru inilah yang membuat saya lebih sadar untuk memanfaatkan setiap detiknya.

Ada satu momen yang selalu teringat. Beberapa tahun lalu, seorang teman dekat saya meninggal dunia di bulan Syawal. Ramadan tahun itu menjadi Ramadan terakhirnya. Sejak saat itu, saya tidak pernah lagi meremehkan 10 hari terakhir.

“Jika ini Ramadan terakhirku, bagaimana aku ingin dikenang?” Itu pertanyaan yang selalu saya tanyakan pada diri sendiri.

2. Buat Perubahan Ritme Hidup, Jangan Sekadar Bertahan

Kalau biasanya tidur setelah tarawih, coba ubah pola. Manfaatkan waktu malam untuk qiyamul lail (salat malam), lalu tidur sebentar menjelang sahur. Saya merasakan sendiri, ketika mengubah pola tidur di 10 hari terakhir, produktivitas ibadah meningkat drastis. Awalnya memang berat, tapi setelah dua-tiga hari, tubuh mulai beradaptasi.

Tips Praktis:

  • Tidur siang 30-60 menit supaya tidak kelelahan.
  • Kurangi aktivitas yang menyita energi (scrolling media sosial, nonton berjam-jam).
  • Atur jadwal tidur sesuai prioritas ibadah.

3. Gunakan “Sistem Teman Ibadah”

Sepuluh hari terakhir bisa terasa sepi kalau dilakukan sendirian. Solusinya? Ajak teman atau keluarga ikut semangat. Saya punya grup kecil yang selalu saling mengingatkan untuk qiyamul lail, tilawah, dan sedekah. Setiap malam, kami berbagi cerita tentang amalan yang sudah dilakukan. Ini semacam “akuntabilitas ibadah”, dan hasilnya luar biasa!

Saya ingat, suatu malam saya hampir tertidur tanpa qiyamul lail, tapi tiba-tiba ada pesan dari seorang teman: “Bangun! Ini bisa jadi Lailatul Qadar!” Dan saya langsung bangkit.

4. Fokus pada Kualitas, Bukan Kuantitas

Kadang kita sibuk mengejar target ibadah sebanyak mungkin, sampai lupa kualitasnya. Pernah merasa membaca Al-Qur’an tapi pikirannya ke mana-mana? Itu karena kita terlalu fokus pada angka, bukan makna.

Saya mulai mengubah cara berpikir. Bukan berapa banyak ayat yang saya baca, tapi sejauh mana ayat itu menyentuh hati saya. Saya mulai membaca tafsir, merenungkan setiap kata, dan hasilnya? Sholat saya lebih khusyuk, doa saya lebih bermakna.

“Satu ayat yang direnungkan lebih baik daripada satu juz yang hanya dibaca.” – Sebuah nasihat yang mengubah hidup saya.

5. Maksimalkan Doa: Buat Daftar dan Berdoalah Sepenuh Hati

Sepuluh malam terakhir adalah momen emas untuk berdoa. Saya punya kebiasaan membuat “daftar doa Ramadan” yang mencakup segala hal yang saya inginkan: urusan dunia, akhirat, keluarga, rezeki, hingga ampunan dosa.

Malam-malam itu saya berdoa dengan sungguh-sungguh. Ada momen di mana air mata jatuh tanpa sadar. Dan entah kenapa, banyak doa yang terkabul di waktu-waktu ini.

Contoh Doa yang Saya Panjatkan:

  • “Ya Allah, ampuni segala dosaku, baik yang aku sadari maupun yang tidak.”
  • “Ya Allah, berikan aku rezeki yang halal dan berkah.”
  • “Ya Allah, jadikan aku hamba-Mu yang istiqamah dalam kebaikan.”

6. Manfaatkan Waktu Sepertiga Malam

Saya pernah membaca sebuah hadits bahwa di sepertiga malam terakhir, Allah turun ke langit dunia dan bertanya: “Siapa yang berdoa kepada-Ku, maka Aku akan kabulkan.” Ini momen yang sayang kalau dilewatkan.

Setelah sahur, jangan langsung tidur. Gunakan 15-30 menit untuk salat witir, doa, atau dzikir. Rasakan suasana tenang di waktu itu. Hening, damai, dan penuh berkah.

7. Jangan Lupakan Sedekah, Sekecil Apapun

Sedekah di 10 malam terakhir bisa bernilai ribuan kali lipat lebih besar. Saya mencoba cara praktis: menyiapkan amplop berisi uang dan membagikannya setiap malam. Tidak perlu besar, tapi rutin. Kadang ke tetangga, kadang ke masjid, kadang ke orang yang butuh.

Saya ingat satu kejadian. Saya pernah memberi uang ke seorang bapak tua yang sedang duduk di pinggir jalan. Awalnya, saya ragu, tapi setelah saya beri, beliau tersenyum dan berkata: “Semoga Allah membalas kebaikanmu.” Kata-kata itu membuat hati saya hangat.

Kesimpulan: Jangan Sampai Menyesal Setelah Ramadan Berlalu

Sepuluh hari terakhir Ramadan bukan hanya soal ibadah lebih banyak, tapi soal menyelami makna lebih dalam. Setiap orang punya cara sendiri untuk tetap semangat, tapi intinya tetap sama: lakukan dengan hati, bukan sekadar rutinitas.

Saya selalu bertanya pada diri sendiri: “Kalau ini Ramadan terakhir, apakah saya sudah memanfaatkannya dengan baik?” Kalau jawabannya belum, berarti saya masih harus terus berusaha.

Bagaimana dengan Anda? Apa yang ingin Anda lakukan di sisa Ramadan ini agar tidak berakhir dengan penyesalan? Semoga kita semua bisa mendapatkan berkah dan ampunan di malam-malam terakhir ini. Aamiin.